Minggu, 11 November 2012

PERILAKU KONSUMEN WANITA TERHADAP PRODUK MUTIARA



Kaum wanita memiliki perasaan yang lebih peka dibandingkan dengan pihak pria. Ini yang menjadikan wanita lebih menyukai keindahan dan kelembutan. Dalam memasarkan produk mutiara air tawar yang saya lakukan dengan teman-teman dikampus, hasilnya cukup menarik. Banyak wanita yang tertarik dengan gelang, cincin, kalung dan bros yang dihiasi dengan mutiara air tawar dari NTB (Nusa Tenggara Timur). Ini bisa menjadi sasaran yang baik untuk memasarkan produk. Salah satu perilaku konsumen wanita mengaku bahwa ia sangat menyukai pernak-pernik gelang yang bisa ia gunakan untuk pergi ke acara formal maupun hanya bermain dengan teman. Menjadi daya tarik untuk dianalisis bahwa membeli produk bukan hanya sekedar untuk pelengkap gaya, namun sebagai kebutuhan dalam bergaya. Ini salah satu tangkapan hasil analisis yang sangat sederhana. Jika riset ini dilakukan dengan lebih formal, maka penjualan produk pun lebih mudah untuk tepat sasaran. Wanita juga memiliki tingkat emosional tinggi dalam pembelian sebuah produk. Ini ada kaitannya dengan perilaku konsumen juga, diamana bisa dimanfaatkan untuk mengambil peluang. Wanita dalam memilih produk sebagian besar dilakukan untuk memenuhi kepuasaan bathinnya. Tidak melihat seberapa besar kegunaan dan seberapa pentingnya. Menurutnya sangat penting untuk ‘kebutuhan’ melengkapi penampilan. Semoga kedepannya bisa dilakukan riset yang bisa mendapatkan hasil yang dapat diproses lebih lanjut.

Evaluasi alternatif sebelum pembelian


Konsumen sebelum melakukan pembelian, biasanya melakukan beberapa evaluasi kecil yang tidak sadar dilakukan. Misalkan pada bulan mei konsumen membeli pasta gigi merek “OPQ” lalu pada bulan juni konsumen membeli pasti gigi yang bermerk “RST” karena pada bulan tersebut produk “RST” sedang melakukan promosi. Pada bulan juli konsumen akan sedikit melakukan evaluasi saat akan mengambil produk pasta gigi. Sebelum mengambil barang yang akan dibeli, konsumen tersebut mengingat-ingat tentang pengalamannya menggunakan kedua pasta gigi. Jika ternyata konsumen setelah melakukan evaluasi sendiri mengambil pasta gigi yang bermerk “OPQ” maka konsumen tersebut telah mengambil keputusan sebelum membeli. Ini yang biasanya dianalisis oleh para manajer perusahaan untuk membaca perilaku konsumen dari segi evaluasi alternative sebelum pembelian.

Beberapa pengertian evaluasi menurut :
1. 1. MEHRENS & LELMAN, 1978 : Evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif - alternatif keputusan.
2. 2.  I KETUT GEDE YUDANTARA : Evaluasi merupakan kelanjutan dari suatu rencana kerja yang peranannya sangat dibutuhkan karena evaluasi merupakan latihan yang memperkaya logika dan analisa.

Ditarik kesimpulan bahwa evaluasi merupakan lanjutan kegiatan proses dalam melakukan tindakan setelah melakukan tindakan sebelumnya. Konsumen dalam melakukan evaluasi akan melakukan evaluasi alternative. Misalnya dalam supermarket konsumen hanya menemukan pasta gigi selain “OPQ”, maka konsumen yang telah memiliki evaluasi alternative akan mengambil pasta gigi yang bermerk “RST” yang pada dasarnya karena telah pernah mencoba prosuk tersebut. Manajer harus bisa menaksir alternative pilihan konsumen berdasarkan produk yang dipasarkan dan kebiasaan konsumen dalam membeli produk. Setelahnya jika sudah mendapatkan taksirannya maka melakukan tindakan penyeleksian terhadap alternative pembelian dalam pengambilan keputusan.

Sumber : CARAPEDIA

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI



Salah satu faktor keputusan konsumen dalam pembelian dan memilih konsumsunya adalah pengaruh kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang ada pada setiap diri masyarakat yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus. Kebudayaan khususnya di Indonesia ada banyak sekali, pertama dipengaruhi oleh masing-masing daerah, kedua dipengaruhi oleh pola pikir.

Dalam option yang pertama, kebudayaan yang dipengaruhi oleh masing-masing daerah merupakan kebudayaan yang berdasarkan sikap dan perilaku masyarakat yang berada disekelilingnya. Sebagai contoh kebiasaan orang tua untuk membeli sabun mandi bermerek “XYZ”, sejak kecil sang anak telah mengenal saat ia mandi menggunakan sabun mandi merek “XYZ” sehingga saat sudah dewasa, jika porduk tersebut masih ada dipasaran maka akan membeli sabun yang bermerek sama. Besar kemungkinan karena dipengaruhi oleh kebiasaan keluarganya menggunakan sabun “XYZ” yang menimbulkan efek kenyamanan terhadap produk tersebut.

Untuk option yang dipengaruhi oleh pola pikir adalah jika orang tersebut keluar dari lingkungan, maksudnya menemukan hal lain selain kebiasaan yang dilakukan. Ini biasanya terjadi pada masyarakat yang mengalami perpindahan dari kota asal. Saat orang tadi menggunakan sabun merek “XYZ” lalu pindah ke luar kota dan mendapatkan sabun dengan merek “ABC” dengan harga dan kualitas yang sama maka orang tersbut bisa saja berpindah jenis sabun. Keadaan ini bisa saja terjadi saat sabun merek “ABC” tidak didapatkan pada daerah yang bersangkutan, sehingga yang lebih dikenal oleh masyarakat adalah sabun bermerk “XYZ”. Pada era global seperti saat ini, pengaruh-pengaruh mudah sekali masuk kedalam kebudayaan masyarakat.

Faktor komunikasi yang lebih cepat yang menjadikan pengaruh-pengaruh kebudayaan turut serta terhadap pembelian dan konsumsi konsumen. Jelas, pengaruh kebudayaan bisa ditelaah untuk menganalisis perilaku konsumen. Manajer perusahaan menjadikan ini sebagai peluang dalam mengembangkan strategi. Apalagi di Indonesia pengaruh kebudayaan masih sangat kuat.

ALAY VS PEMASARAN


Semakin gencar tulisan-tulisan alay di Indonesia. Sebenarnya apa dasar dari kata alay yang dimaksud. Kata alay merupakan singkatan dari anak layangan, yang berarti anak kampungan alias berlebihan dan norak tidak sesuai tempat. Namun sebenarnya, alay merupakan penulisan sebuah kata dengan symbol yang tidak semestinya atau tidak pada tempatnya dengan disertai penulisan berdasarkan kecap pada mulut atau suara yang diucapkan.

Bagi beberapa orang, alay adalah hal yang menggelikan, menggelikan karena aneh untuk diucapkan. Ada lagi beberapa orang menyatakan tulisan alay menyebalkan karena susah untuk dibaca. Ada beberapa orang lagi yang mengatakan lucu karena untuk seru-seruan semata. Alay dipopulerkan oleh para remaja yang biasanya sedang mengalami pubertas. Dimana emosi untuk rasa mencoba begitu menggebu-gebu atau labil, mencoba disini berexperimen terhadap bentuk penulisan yang tidak baku.

Para menejer pemasaran melihat fenomena ini sebagai kesempatan yang unik untuk dijadikan peluang pemasaran. Saat ada beberapa orang tidak mengindahkan bahasa alay dan beberapa orang lagi menyukainya, menejer pemasaran mengambil tindakan dalam celah sempit tersebut. Iklan merupakan salah satu alat pemasaran yang digunakan untuk memasarkan produk.

Dengan iklan masyarakat lebih mudah menangkap isi maksud dan tujuan iklan produk tersebut. Rata-rata orang Indonesia melihat telivisi setiap harinya atau melewati jalanan dalam iklan berbentuk baliho. Sebagai contoh, manajer pemasaran salah satu provider membuat iklan dengan bahasa “ciyus miapah” (read : serius demi apa). Iklan ini diminati banyak orang, sehingga pada saat penjualan produk masyarakat sudah mengenali produk tersebut. Kesuksesan penjualan dipengaruhi juga oleh departemen pemasaran. Oleh karenanya orang pemasaran haruslah jago membaca peluang pasar. Dapat ditarik kesimpulan bahwa apapun yang terjadi pada era globalisasi yang selalu dikejar waktu ini harus bisa dikondisikan dengan baik. Artinya, harus bisa mengembangkan kreativitas, menggali diri dan yang terpenting go ahead! “ciyus????miapah?” | “mie ayam juga enak” XD hahahah

Kamis, 01 November 2012

PERILAKU KONSUMEN WANITA TERHADAP PRODUK MUTIARA



Kaum wanita memiliki perasaan yang lebih peka dibandingkan dengan pihak pria. Ini yang menjadikan wanita lebih menyukai keindahan dan kelembutan. Dalam memasarkan produk mutiara air tawar yang saya lakukan dengan teman-teman dikampus, hasilnya cukup menarik. Banyak wanita yang tertarik dengan gelang, cincin, kalung dan bros yang dihiasi dengan mutiara air tawar dari NTB (Nusa Tenggara Timur).

Ini bisa menjadi sasaran yang baik untuk memasarkan produk. Salah satu perilaku konsumen wanita mengaku bahwa ia sangat menyukai pernak-pernik gelang yang bisa ia gunakan untuk pergi ke acara formal maupun hanya bermain dengan teman. Menjadi daya tarik untuk dianalisis bahwa membeli produk bukan hanya sekedar untuk pelengkap gaya, namun sebagai kebutuhan dalam bergaya. Ini salah satu tangkapan hasil analisis yang sangat sederhana. Jika riset ini dilakukan dengan lebih formal, maka penjualan produk pun lebih mudah untuk tepat sasaran. Wanita juga memiliki tingkat emosional tinggi dalam pembelian sebuah produk. Ini ada kaitannya dengan perilaku konsumen juga, diamana bisa dimanfaatkan untuk mengambil peluang. Wanita dalam memilih produk sebagian besar dilakukan untuk memenuhi kepuasaan bathinnya. Tidak melihat seberapa besar kegunaan dan seberapa pentingnya. Menurutnya sangat penting untuk ‘kebutuhan’ melengkapi penampilan. Semoga kedepannya bisa dilakukan riset yang bisa mendapatkan hasil yang dapat diproses lebih lanjut.