Kamis, 05 Juni 2014

MENYIKAPI KEADAAN PEREKONOMIAN DENGAN SADAR DIRI AKAN MASA DEPAN INDONESIA



Menyeimbangkan Perekonomian
            Ditengah upaya pemulihan ekonomi global, Indonesia mencatatkan situasi kompleks. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi masih melaju tinggi, tetapi rupiah terus melemah, dan neraca perdagangan mengalami deficit untuk pertama kalinya sejak memasuki 2013. Impor mencuat menjadi sorotan, dengan beragam sudut pandang.
            Daya tahan ekonomi memang sudah jauh lebih baik daripada krisis moneter Asia 1997-1998 terlihat dari masih tekendalinya inflasi sekalipun ditengah tahun ada kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Memasuki November 2013, inflasi pun sudah terlihat kembali menuju tren normal, meskipun masih ada imbas kenaikan harga bahan bakar minyak itu.
            Namun rencana Bank Sentral Amerika (The Fed) mengurangi kucuran stimulus seiring membaiknya ekonomi negara tersebut, menjadi sinyal nyaring tuntutan pembenahan yang lebih luas dan mendasar bagi perekonomian Indonesia. Apalagi, saat ini terjadi pergeseran lanskap ekonomi global, dalam wujud pemulihan dengan tiga kecepatan. Sebuah pencarian keseimbangan baru ekonomi.
            Tak cukup pembenahan mengandalkan kebijakan moneter. Tiga kali kenaikan BI rate semata upaya koreksi atas kompleksitas ekonomi hari ini. Pembenahan sejati harus dilakukann pada komponen dan sektor yang memang fundamental. Struktural.

Sumber : Gerai Info Bank Indonesia, Edisi 44/November 2013/tahun 4/Newsletter Bank Indonesia.


MENYIKAPI KEADAAN PEREKONOMIAN DENGAN SADAR DIRI AKAN MASA DEPAN INDONESIA

            Menyikapi tulisan dari sebuah bulletin Bank Indonesia, memang benar adanya daya tahan ekonomi memang sudah jauh lebih baik daripada saat krisis moneter Asia 1997-1998. Namun cukup disayngkan, neraca perdagangan mengalami deficit, impor meningkat, dan melemahnya ilai tukar rupiah. Pemerintah sudah begitu maksimal untuk menstabilkan perekonomian. Umkm pun sudah mulai berjamur. Lalu, dari segimana lagi yang kurang? Menurut penulis, kebiasaan masyarakatnya. Di Indonesia, orang yang ‘boros’ masih ada, orang yang ‘korupsi’ pun masih ada, tapi orang yang baik yang mencintai Nusantara pun masih banyak. Hanya saja sebagian dari mereka memilih bersikap diam dalam menyikapi kondisi Indonesia saat ini.

            Budaya untuk cinta produk dalam negri harus ditingkatkan. Disisi lain, terkadang produk dalam negri memiliki kualitas yang dirasa kurang memuaskan konsumen dengan tidak diimbangi dengan harga yang relative tidak murah. Akibatnya pedagang lebih suka menjual barang impor karena murah dan saat dijual masih memiliki keuntungan. Konsumen pun demikian, memilih harga yang murah dengan kualitas (terkadang) lebih baik. Anggapan ini yang harus dirubah. Apalagi tahun 2015 untuk gerbang pasar bebas semakin dekat. Merubah negeri ini menjadi lebih baik adalah hal mudah, yaitu mulai dari memperbaiki diri sendiri, merubah segala anggapan yang dapat merugikan, mulai sadar bahwa jika tidak ada perubahan lebih berarti maka Indonesia dimasa yang akan datang bisa saja terpuruk kembali, dan lebih optimis dalam menghadi era globalisasi ini sebagai wujud semangat membara para pemuda-pemudi Nusantara. 

Rabu, 04 Juni 2014

REVIEW SEBUAH BUKU MOTIVASI

Dari sebuah buku “TERAPI BERPIKIR POSITIF”
Biarkan Mukjizat dalam Diri Anda Melesat
Agar Hidup Lebih Sukses dan Lebih Bahagia
Karangan Dr. Ibrahim Elfiky

            Buku ini saya dapatkan, ketika saya sedang mengikuti kuis pajak dikelas dengan hasil kuis yang memuaskan yaitu satu-satunya kuis yang memiliki hasil yang bagus sehingga dosen yang mengajar memberikan hadiah yaitu sebuah buku motivasi. Menurut beliau, saya harus bisa optimis terhadap diri sendiri, sukses dalam perkuliahan dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang saya inginkan. Saya ucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang sudah memberikan buku ini. Sekarang saya ingin membagikan pengalaman dalam membaca buku ini, kepada semua pembaca. Mungkin saja termotivasi dan berubah menjadi lebih baik lalu menularkan kepada temannya, keluarganya, pasangannya dan kepada dirinya sendiri. Dengan begitu, aka nada banyak orang Indonesia yang menjadi optimis dalam menjalankan kehidupannya dalam era globalisasi.
            Buku ini memberikan gambaran bagaimana diri sendiri memiliki pengaruh yang besar dalam memotivasi diri, bagaimana mengingatkan bahwa kita memilik tuhan yang maha segalanya yang selalu siap sedia membantu hambanya yang selalu berusaha. Buku ini juga yang sudah menyadarkan saya, bahwa kita harus berdamai dengan diri sendiri. Dengan siapa lagi kalau bukan diri sendiri kita akan melangkah menuju masa depan.  Kemudian merubah cara pandang, agar selalu bersikap positif dalam menyikapi permasalahan dan kehidupan yang ada pada saat ini.
            Jika semua generasi Indonesia memiliki semangat membara untuk selalu bersikap positif terhadap diri sendiri, dan bahkan orang lain. Bisa dibayangkan, Indonesia akan menjadi negara yang lebih baik dan eksis di negara belahan dunia lainnya. Indonesia memiliki salah satu kebudayaan yang dimata dunia sangat menarik, yaitu memiliki senyum yang ramah. Kebudayaan yang baik haruslah dikembangkan dan tetap dipertahankan. Sudah ramah, penduduknya pun makmur dan merasa aman tinggal di negeri Nusantara.

            Pada saat sedang terpuruk, semua orang akan mengalami ini. Sadar atau tidak, yang dapat memotivasi untuk dapat berubah hanya diri sendiri. Buku ini juga mengingatkan kembali bahwa semua orang memiliki potensi dan kekuatan pikiran masing-masing. Ingat akan hukum pada fisika, ada perubahan apabila ada pergerakan. Menurut saya hukum ini dapat diaplikasikan kedalam kehidupan. Jika setiap orang memiliki tujuan untuk berubah menjadi lebih baik maka haruslah dia bergerak, bergerak dalam artian tetap produktif diwaktu luangnya, jangan hanya memikirkan hasil. Hasil adalah hadiah dari proses yang sudah dijalani, hasil adalah apresiasi dari tuhan yang selalu ada meilihat usaha kita. Rekomendasi dari saya adalah membaca buku ini dengan rasa penasaran dan ikhlas untuk berubah menjadi lebih baik.

Minggu, 01 Juni 2014

Gender, Kebudayaan dan Kewirausahaan di Kenya

International Business Research Volume 5 No. 5 May 2012
Gender, Culture and Entrepreneurship in Kenya
By Esther N. Mungai





            Studi ini melihat bagaimana faktor budaya yang berbeda mempengaruhi keterlibatan gender dalam kewirausahaan di negara multi-etnis, Kenya. Sebagian besar penelitian serupa sebelumnya telah dilakukan di Western, dimana masyarakat dikembangkan budaya nasionalnya telah berevolusi dan telah mendominasi literatur tentang 'perspektif budaya' pada gender dan kewirausahaan.
            Di sebagian besar negara-negara sub-Sahara, budaya etnis memainkan peran yang lebih dominan dalam membentuk nilai-nilai dan persepsi warganya dari budaya nasional. Tingkat diferensial keterlibatan gender dibandingkan antara empat kelompok etnis Kenya yaitu Luo, Kikuyu, Kalenjin dan Kamba . Sebuah hasil yang signifikan dari penelitian ini, adalah bahwa tidak ada  perbedaan gender yang signifikan pada persepsi kewirausahaan masyarakat maupun batas atas kehadiran (atau ketiadaan) dari ciri-ciri kepribadian yang berkaitan dengan kewirausahaan.
            Dari penelitian tersebut, tampak bahwa untuk masyarakat yang diteliti, pengaruh etnis budaya memainkan peran lebih besar dalam kecenderungan perempuan terhadap kewirausahaan dan pandangan mereka tentang persepsi mereka terhadap komunitas yang sama, daripada gender. Hal ini diucapkan bahkan ketika laki-laki dan perempuan dari masyarakat yang sama dibandingkan sepanjang dimensi yang sama.
            Studi yang signifikan telah dilakukan melihat ke peran gender dalam mempromosikan atau menghambat kegiatan kewirausahaan. Mayoritas penelitian telah dilakukan di Western, yang dikembangkan masyarakat di mana budaya nasional telah berevolusi dan telah mendominasi literatur tentang 'perspektif budaya' pada gender dan kewirausahaan. Dalam sebagian besar negara-negara sub-Sahara, budaya etnis memainkan peran yang lebih dominan dalam membentuk nilai-nilai dan persepsi warganya dari budaya nasional. Penelitian ini berusaha untuk melihat gender dan pengaruh budaya etnis pada persepsi kewirausahaan di kalangan empat komunitas etnis di Kenya.
            Sebuah hasil yang signifikan dari penelitian ini , adalah bahwa tidak ada perbedaan gender yang signifikan pada persepsi masyarakat dari kewirausahaan atau sejauh pada kehadiran (atau ketiadaan) ciri-ciri kepribadian yang berkaitan dengan kewirausahaan.
Namun pada kedua pengambilan risiko dan dimensi persepsi masyarakat, ada perbedaan yang signifikan antara Perempuan Kikuyu dan perempuan dari komunitas lain. Dari penelitian tersebut , tampaknya , karena itu belajar bagi masyarakat, pengaruh etnis budaya memainkan peran lebih besar dalam kecenderungan perempuan terhadap kewirausahaan dan pandangan mereka persepsi mereka terhadap komunitas yang sama daripada gender. Hal ini diucapkan bahkan ketika pria dan wanita dari masyarakat yang sama dibandingkan sepanjang dimensi yang sama.
            Akhirnya , karya ini merupakan upaya awal ke daerah yang kaya studi ini. Penelitian ini terbatas pada hanya empat masyarakat etnis dipilih, dengan ukuran sampel yang kecil dalam setiap masyarakat, dan dari masing-masing gender. selanjutnya, semua responden diambil dari Nairobi , dengan demikian meniadakan beberapa efek kantong etnis. Selain itu, hanya dua sifat dominan : penghindaran risiko dan locus of control diselidiki. Meskipun ini menjadi keterbatasan, namun, Studi ini menunjukkan bahwa untuk kelompok etnis yang berpartisipasi (Kikuyu, Kamba, Kalenjin, dan Luo), norma-norma budaya tampaknya hampir sama menghambat atau mempromosikan persepsi tentang kewirausahaan bagi perempuan dan laki-laki . Hal ini berbeda dari penelitian yang dilakukan di Zimbabwe di mana pengaruh etnis budaya yang diciptakan kesenjangan besar dalam persepsi kewirausahaan antara laki-laki dan perempuan (Chanock, 1985).
            Kewirausahaan di Afrika telah dirasakan berbeda di kalangan sarjana dan peneliti. Salah satu pandangan adalah bahwa ada kurangnya bakat kewirausahaan di Afrika yang mengakibatkan perusahaan lebih sedikit dan manajemen manufaktur industri untuk kegiatan produktif ( Morch , 1995). Alternatif pandangan bahwa bakat kewirausahaan memang tersedia tetapi bahwa lingkungan ekonomi belum kondusif untuk memungkinkan bakat ini untuk mengembangkan (Adjebeng -Asen,1989). Penelitian ini mengambil pandangan lain , bahwa kewirausahaan Afrika masih hidup dan sehat tetapi berbagai budaya lokal khususnya yang berkaitan dengan Gender, tertempel pada sebuah negara Afrika multi- etnis karakteristik dapat menghambat pembangunan budaya kewirausahaan.

            Peran gender adalah orientasi budaya atau atribut dikondisikan oleh sistem sosial tradisional di mana manusia diharapkan berperilaku sebagai laki-laki (maskulin) dan perempuan diharapkan untuk berpikir dan berperilaku sebagai perempuan (Feminine). Hasil empiris yang muncul dalam literatur tentang kewirausahaan perempuan adalah bahwa hal gender. Secara khusus, wanita menunjukkan kemungkinan konsisten lebih rendah untuk menjadi seorang pengusaha daripada rekan-rekan pria mereka (Van Gelderen, 1999; Diochon et al,2002.; Reynolds et al, 2004.; Wagner, 2005). Dengan negara-negara Afrika yang dominan patriarki, sejauh mana perempuan dapat berpartisipasi secara bebas dalam kegiatan kewirausahaan akan sangat ditentukan oleh suasana budaya yang ada. Mengingat berbagai tantangan budaya dan struktural dan hambatan yang dihadapi wanita, seseorang dapat dengan cepat menyimpulkan bahwa perempuan biasanya enggan merambah ke pengembangan usaha. Pertama, sosialisasi praktek awal menekankan peran utama perempuan sebagai ibu dan istri, mempengaruhi jumlah harapan anak perempuan untuk masa depan partisipasi dalam angkatan kerja dan pilihan jalur karir. Kedua, budaya Afrika terutama dilihat sebagai penghalang untuk pembangunan karena melanggengkan bias budaya sanksi terhadap perempuan dan memberikan alasan untuk pria (Kiriti,et al., 2003b). Hal ini menyebabkan partisipasi yang lebih rendah dari perempuan dalam kegiatan bisnis. 

Rabu, 28 Mei 2014

Pandangan Dalam Manajemen Kinerja

Menurut anda bagaimana peran Masing-masing level/tingkatan manajer dalam menyusun, implementasi dan mengevaluasi Manajemen Kinerja?
Berikan contoh atau analogi yang sesuai....

Menurut saya :
            Peran masing-masing level/tingkatan manajer yaitu memiliki peranan aktif yang disesuaikan dengan level/tingkatan manajer tersebut. Dalam menyusun perencanaan dilihat kembali kepada tujuan dari setiap level/tingkatan karena manajer tersebut memiliki tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan umum dari sebuah organisasi adalah mencapai target yang telah direncanakan secara bersama-sama, sedangkan tujuan khususnya adalah mencapai target dari masing-masing level/tingkatan untuk melengkapi tujuan umum organisasi. Menyusun rencana ini pasti berbeda dalam setiap level/tingkatan manajer. Seperti halnya dalam implementasi, pasti berbeda tergantung dari tujuan khusus masing-masing level/tngkatan. Begitupun dengan evaluasi, dalam tujuan khusus evaluasi dilihat dari hasil kinerja masing-masing level yang kemudian dijadikan bahan untuk evaluasi secara keseluruhan.
Misalnya dalam organisasi tradisional, perkebunan tebu.
Tingkatan dari yang tertinggi adalah pemilik kebun tebu, mandor, dan buruh.
            Setiap bagian pasti memiliki tujuan khusus yang tidak sama, buruh memiliki tujuan untuk dapat menghasilkan tanaman tebu yang lebih baik, mandor memiliki tujuan untuk dapat memantau buruh yang bekerja agar kinerja mereka dapat terasa maksimal, sedangkan pemilik kebun tebu memiliki tujuan yaitu mendapatkan tebu-tebu yang lebih baik agar mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
            Dalam menyusun perencanaan yang dilakukan oleh pemilik kebun membuat poin-poin penting agar mendapatkan laba yang maksimal, pemilik kebun menggunakan jasa mandor untuk mengawasi langsung jalannya setiap kondisi dan mengevaluasi setiap kinerja pada saat tebu dipanen.
            Selanjutnya dalam menyusun perencanaan yang dilakukan oleh mandor adalah membuat skema atau penjadwalan untuk buruh yang akan mengelola kebun tebu agar efektif. Mandor ini kemudian melakukan pembagian kerja kepada buruh agar dapat dikontrol dengan baik. Evalusi yang dilakukan adalah pada saat kebun tebu tersebut dipanen, yang dinilai adalah buruh yang bekerja pada kebun tebu tersebut sesuai atau tidak dengan pembagian tugas dan penjadwalan, jika bekerja dengan sesuai yang sebagaimana mestinya hasil tebu yang dipanen akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
            Yang terakhir adalah buruh kenun tebu tersebut, mereka membuat perencaan pada penanaman kebun tebu yang baik agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Jika sudah selanjutnya mereka melaksanakan yang sudah mereka rencanakan. Evaluasi yang terjadi adalah pasca panen tebu yang dilakukan, jika mereka mendapatkan upah yang berlebih dapat diindikasikan bahwa kinerja mereka dalam menanam tebu dirasa telah maksimal.

            Untuk evaluasi akhir, pemilik kebun dapat menganalisis secara keseluruhan dari hasil kinerja yang dilakukan oleh bawahannya dalam mendapatkan hasil yang maksimum.  

Selasa, 01 April 2014

Sarana Majalah Gratis Dalam 2 Bahasa Pada Tempat Bimbingan Belajar

       Majalah atau bulletin yang dipublish pada setiap periodenya merupakan ajang sarana promosi yang digunakan pada tiap bimbingan belajar. Bisa dilihat pada setiap bimbingan belajar yang mengedarkan majalah atau buletinnya, didalamnya terdapat serangkaian berita mengenai acara yang telah dilakukan oleh bimbingan belajar tersebut. Disadari atau tidak, ini menjadi pengaruh baik karena setiap orang yang mendapatkan majalah tersebut akan membacanya dan merasa kagum dengan bimbingan belajar tersebut. Penggunaan 2 bahasa dalam isi majalah atau bulletin juga memberikan dampak yang baik, karena orang menajdi terbiasa dengan membaca dalam 2 bahasa. Memperbanyak kosa kata dalam bahasa inggris, belajar stuktur bahasa secara perlahan tetapi pasti.
            Dalam menghadapi era globalisasi yang semakin tidak terasa batasnya ini, banyak orang tua yang mulai mendaftarkan anak mereka kedalam bimbingan belajar. Pada saat tersebut maka sarana majalah atau bulletin gratis dalam 2 bahasa pada tempat bimbingan belajar akan dilihat, dibaca oleh para orang tua yang mengantarkan anaknya atau dibaca oleh anak tersebut. Ini terjadi pada salah satu bimbingan belajar bahasa inggris yang berada pada jalan margonda raya Depok. Penulis melihat langsung interaksi yang dilakukan oleh para anak dan orang tua. Mereka selalu menantikan majalah atau bulletin yang akan diterbitkan gratis. Ada 2 jenis majalah untuk remaja dan anak-anak, semuanya laku terbaca oleh mereka yang membaca dan sengaja membawa untuk dirumah. Ini menjadi salah satu daya tarik dalam bisnis bimbingan belajar dalam meningkatkan peminatnya untuk melakukan bimbingan belajar ditempat tersebut.
            Disadari dengan baik oleh pemilik yayasan bahwa ini dapat menjadi ajang promosi yang dilakukan tempat bimbingan belajar tersebut. Dalam bisnis ini merupakan strategi bisnis, namun karena bimbingan belajar ini selain bisnis juga mengemban tugas untuk memberikan pengajaran diluar sekolah tidak banyak disadari oleh banyak pihak. Penulis memberikan usul dan tulisan ini kepada pihak lain yang akan menjalankan bisnis untuk dapat menerbitkan majalah atau bulletin berperiode untuk mempromosikan bisnisnya dan segala macam aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam majalah atau bulletin tersebut dengan menggunakan 2 bahasa.

            Apapun yang dilakukan selama tidak merugikan salah satu pihak merupakan hal yang baik yang harus dikerjakan dimulai dari sekarang. Banyak poin-poin positif yang dilakukan dari sebuah majalah atau bulletin yang diterbiatkan setiap periodenya. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi pembaca yang lainnya untuk membiasakan diri berfikir positif dan senantiasa terbiasa dengan 2 bahasa, baik itu bahasa Indonesia (bahasa daerah termasuk kedalamnya) dan bahasa inggris atau bahasa asing lainnya.  

Selasa, 25 Maret 2014

Penggunan 2 Bahasa Dalam Pariwisata Dan Keseharian Masyarakat Indonesia

            Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang secara keseluruhan belum terexpose keluar negri umumnya. Untuk itu perlu kerja sama dan komunikasi yang lebih intim terhadap pihak-pihak yang terkait. Misalkan pemerintah bekerja sama dengan lulusan programmer untuk membuatkan web ditiap-tiap daerah. Pihak kepala kebudayaan dan pariwisata daerah bekerja sama dengan masyarakat untuk mendenahkan tempat agar tidak sulit dicari. Salah satu contohnya adalah dengan membuat 2 bahasa dari tiap-tiap informasi yang dipasang. Contohnya adalah Jalan Pawindan atau Pawindan St. Bisa juga peta yang terpampang dipusat kota menggunakan bilingual dalam menyebutkan informasinya.
            Disamping masyarakat belajar menggunakan bahasa, juga agar terbiasa menggunakan bahasa inggris. Dari terbiasa ini maka akan timbul rasa percaya diri tanpa mengurangi sedikitpun bahasa dan kebudayaan Indonesia dari tiap-tiap daerahnya. Masyarakat juga dituntut untuk menjaga dan, merawat, dan melestarikan yang sudah ada. Sehingga tempat pariwisata dan segala infrastrukturnya terjaga dengan baik. Jika sektor pariwisata diperhatikan lebih, maka akan memberikan dampak positif. Masyarakat dan pemerintah harus menyadari penuh jika sektor pariwisata ini dapat meningkatkan pemasukan negara, karena di Indonesia ada begitu sangat banyak tempat pariwisata. Pun bila wisatawan yang berkunjung asing, meningkatkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

            Untuk itu perlu adanya pengembangan terhadap penguasaan terhadap bahasa asing maupun bentuk kerja sama antara pemerintah dan masyarakat setempat. Semoga untuk tahun ini dan tahun selanjutnya semakin solid kerjasamanya. Sebagai calon-calon penerus bangsa nantinya, harus lebih memperluas daya kreasi dan inovasinya demi kelangsungan hidup NKRI yang lebih baik dan maju tanpa mengesampingkan bahsa Indonesia, bahasa daerah dan budaya setempat. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi pembaca lainnya akan sadarnya penggunaan bahasa asing dan meningkatkan kebiasaan baik agar lebih terjaga. Maju terus bumi pertiwi! J