PENGARUH KELAS SOSIAL DAN STATUS
Kelas social dan status juga dapat
mempengaruhi perilaku konsumen. Ini terlihat jelas pada pusat-pusat
perbelanjaan. Pasar dapat merangkul kelas menengah kebawah sedangkan mall dapat
merangkul kalangan menengah keatas. Perusahaan sebelum memasarkan produk harus
mengidentifikasi produk tersebut kedalam 3 golongan, golongan keatas, golongan
menengah, golongan kebawah. Saat perusahaan sudah dapat memprediksi produk yang
dimaksud dapat dipasarkan.
Menurut Bilson Simamora dalam bukunya
yang berjudul panduan riset perilaku konsumen, kelas social adalah susunan yang
relative permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai
nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas social tidak ditentukan oleh factor tunggal
seperti pendapatan tetapi diukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan,
pendidikan kekayaan dan variable lainnya. Kelas social memperlihatkan
preferensi produk dan merk yang berbeda. Pengukuran kelas social tidak bisa
dinilai secara angka, tapi bisa dilihat dari kemampuan seseorang untuk membeli
produk. Seperti contoh seorang direktur dapat membeli mobil, sedangkan penjahit
dapat membeli sepeda motor saja. Kelas social bukan keadaan yang permanen, bisa
berubah sewaktu-waktu menurut situasi dan kondisi. Misalkan, seorang penjahit
tersebut mendapatkan hadiah 1 milyar. Maka penjahit tersebut dapat membeli
sebuah mobil seperti seorang direktur. Sehingga benar dapat dikatakan bahwa
pendapatan bukan merupakan penentu kelas social. Saat penjahit akan membeli
mobil, penjahit tersebut menjadi target perusahaan. Dengan demikian perusahaan
dapat mensegmentasi pasar dengan keadaan social, maksudnya untuk mempermudah
memasarkan produk sesuai kemampuan konsumen. Sehingga perusahaan masih bisa
mendapatkan kepuasaan dari konsumen atas produk yang telah dibeli.