BAB
I PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Indonesia
menganut system perdagangan terbuka, dimana sektor yang berjalan adalah sektor
rumah tangga, sektor produsen, sektor pemerintah dan sektor luar negri. Dalam
materi ini yang akan dibahas adalah mengenai sektor luar negri. Dimana untuk menjalankan
sektor ini dibutuhkan mata uang selain rupiah, karena setiap negara memiliki
mata uang sendiri dan tidak semua negara menggunakan rupiah.
Kurs
atau nilai tukar merupakan salah satu cara bagi suatu negara untuk bisa
bertransaksi dengan dunia luar. Namun ada kendala dalam kurs ini, bahwa tidak
setiap nilai mata uang setiap negara adalah sama. Nilai mata uang ini dapat
dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dan penawaran uang yang terjadi dipasar
uang.
Dalam
kurs yang menjadi patokan nilainya adalah dengan menggunakan mata uang Amerika.
Alasannya karena dolar Amerika merupakan uang internasional berdasarkan sejarah
pada masa pasca perang. Sehingga sampai saat ini yang digunakan untuk alat
pembayaran internasional adalah dolar Amerika.
Pengelolaan mata uang asing
atau valuta asing yang biasa disingkat menjadi valas ini di Indonesia sendiri
oleh Bank Indonesia. Bentuk pengelolaan ini adalah Bank Indonesia memiliki
cadangan devisa. Cadangan inilah yang kemudian digunakan dalam transaksi
internasional.
Selanjutnya informasi dari
artikel pada sebuah Koran online mengatakan posisi rupiah berdasarkan kurs
referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari kemarin
berada di level Rp11.423/USD, melemah 28 poin dibanding akhir pekan lalu lalu
di level Rp11.395/USD (Sindonews.com
2013/09/17)
Perubahan nilai
tukar ini didasari oleh faktor-faktor yang ada pada negara tersebut.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai uang asing di Indonesia yang akan
dibahas lebih lanjut.
2.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang yang telah
diuraikan, berikut adalah rumusan masalahnya :
1.) Faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi nilai uang asing di Indonesia?
2.) Bagaimana
solusinya agar nilai kurs Indonesia tetap stabil?
3.
TUJUAN
Rumusan masalah yang telah tertera
diatas mengambil tujuan sebagi berikut :
1.) Mengetahui
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai uang asing di Indonesia.
2.) Solusi
agar nilai kurs di Indonesia tetap stabil.
BAB
II PEMBAHASAN
1.
METODE
PENULISAN
Metode
penulisan ini adalah dengan mengumpulkan jurnal, artikel, berita serta
informasi yang memiliki kaitannya dengan kurs valuta asing. Diunduh dari
komputer pribadi penulis. Kemudian dibaca, ditelusuri, dianalisis, dan diambil
kesimpulannya oleh pandangan penulis.
2.
PENGERTIAN
KURS VALUTA ASING
Kurs
merupakan sebuah kunci bagi suatu negara untuk bertransaksi dengan dunia luar
(economicwatcher.blogspot.com) karena dengan menggunakan kurs transaksi dengan
luar negri dapat berjalan dengan baik. Seperti transaksi ekspor-impor sangat
memerlukan nilai kurs untuk bertransaksi. Semakin stabil nilai kurs maka dapat
mengindikasikan bahwa negara tersebut adalah negara sehat.
Kurs adalah nilai mata uang suatu negara yang
dinyatakan dengan nilai mata uang negara yg lain (artikata.com). sedangkan dari
sebuah artikel menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004:212) definisi kurs adalah
harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lain
disebut nilai tukar (kurs). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kurs adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan mata uang negara lain yang ditukar nilainya
kedalam nilai mata uang negara sendiri.
3.
JENIS-JENIS
KURS VALUTA ASING
1.) Kurs
Tetap (Fixed Exchange Rate)
Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang
otoritas moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan
nilai tukar dalam negeri terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat
tertentu tanpa melihat aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika
dalam perjalanannya penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi
penawaran maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa
mengendalikannya dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam
devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap
nya. Dalam kur tetap ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar
valas dalam penetapan nilai tukar.
Keunggulan :
·
Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin
sempit.
·
Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur
nilai tukar sehingga tetap stabil.
·
Pemerintah memegang peranan penuh dalam
pengawasan transaksi devisa.
·
Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi
sesuai dengan hasilnya.
Kelemahan :
·
Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap
kelebihan dan kekurangan di pasar valas.
·
Kurang fleksibel terhadap perubahan global.
·
Penetapan kurs yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi akan mempengaruhi pasar ekspor impor.
2.)
Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating
Exchange Rate)
Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi
dari aktivitas pasar valuta. Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah
melalui alat ekonomi moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini
tidak murni berasal dari penawaran dan permintaan uang.
Keunggulan :
·
Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih
baik dan neraca pembayaran suatu negara.
·
Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta
berdasarkan kurs indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik
sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi.
·
Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada
nilai tukar tetap.
·
Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.
Kelemahan :
·
Devisa harus selalu tersedia dan siap
diguankan sewaktu-waktu.
·
Persaingan yang ketat antara pemerintah dan
spekualan dalam memprediksi dan menetapkan kurs.
·
Tidak selamanya mampu mengatasi neraca
pembayaran.
·
Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta
akan mengurangi devisa karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.
3.)
Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate)
Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem
ekonomi yang ditujukan bagi suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah
mapan. Sistim nilai tukar ini akan menyerahkan sleuruhnya kepada pasar untuk
mencapai kondisi equilibrium yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal.
Jadi dalam sistem nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah.
Keunggulan :
·
Cadangan devisa lebih aman.
·
Persaingan pasar ekspor-impor sesuai dengan
mekanisme pasar.
·
Kondisi ekonomi negara lain tidak akan
berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.
·
Masalah neraca pembayaran dapat
diminimalisir.
·
Tidak ada batasan valas.
·
Equilibrium pasar uang.
Kelemahan :
·
Praktik spekulasi semakin bebas.
·
Penerapan sistem ini terbatas pada negara
yang sistim perekonomiannya mapan, masih kurang teapt untuk negara berkembang.
·
Tidak adanya intervensi pemerintah untuk
menjaga harga.
4.
TRANSAKSI
PADA VALUTAS ASING
1.)
Transaksi
Spot, jual beli mata uang dengan penyerahan dan pembayaran antar bank yang akan
diselesaikan dalam 2 hari kerja berikutnya.
2.) Transaksi Forward, transaksi mata uang dengan penyerhan
pada waktu yang akan datang. Kurs ditetapkan pada waktu kontrak tetapi
pembayaran dan penyerahan dilakukan pada saat kontrak jatuh tempo. Transaksi
ini sering digunakan untuk hedging
dan spekulasi.
3.) Transaksi Swap,
pembelian dan penjualan secara bersama sejumlah tertentu mata uang
dengan 2 tanggal valuta (penyerahan yang berbeda). Ini digunakan untuk menjaga
kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs suatu mata uang.
5.
FAKTOR-FAKTOR
KURS VALUTA ASING
1.)
Perbedaan tingkat inflasi antara
2 negara
Suatu
negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar
mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar
dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi
rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada
menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih
tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
2.)
Perbedaan tingkat suku bunga
antara 2 negara
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar
sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu
negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang
lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat.
Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar.
Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral
menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku
bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
3.)
Neraca perdagangan
Neraca
perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang
dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut
membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan
pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara
tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang
menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya
melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang
negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.
4.)
Hutang publik (Public
debt)
Neraca
anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek
untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak.Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya
inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau
mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara
tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat
hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung
memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
5.)
Ratio harga ekspor dan harga
impor
Jika
harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang
negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara
tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan
sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.
6.)
Kestabilan politik dan ekonomi
Para
investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan
kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan
cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan
berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
BAB
III SIMPULAN
1.)
Atas materi yang telah
diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar
mata uang di Indonesia adalah :
a.) Perbedaan
tingkat inflasi antara 2 negara
b.) Perbedaan
tingkat suku bunga antara 2 negara
c.) Neraca
perdagangan
d.) Hutang publik (Public
debt)
e.) Ratio harga
ekspor dan harga impor
f.) Kestabilan
politik dan ekonomi
2.)
Sehingga Indonesia
harus banyak memperbaiki tingkat inflasi
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
perekonomian serta nilai kurs dalam kaitannya bertransaksi dengan negara luar. Tingkat suku bunga karena untuk menarik uang dan investor tingkat suku
bunga ini harus tinggi maka perbankan yang berada pada wilayah Indonesia harus
lebih baik dalam mengelola suku bunga. Peran pemerintah dalam neraca perdagangan begitu
besar, sehingga diharapkan Indonesia memiliki neraca pembayatan surplus. Hutang publik (Public debt) sejak dulu pada negara
Indonesia sudah ada, untuk tahun yang mendatang agar dapat membayar pokok
cicilan hutang. Ratio
harga ekspor dan harga impor, dimana nilai ekspor harus lebih besar agar
Indonesia mendapatkan nilai surplus. UKM di Indonesia harus didukung dengan
baik sehingga produk buatan Indonesia dapat diekspor dan diterima oleh negara
luar. Kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia juga harus diperbaiki, karena
memberikan pengaruh kepada masyarakat Indonesia. Pemerintah yang memegang
kendali sebagai pemegang kebijakan sehingga diharapkan tetap mendukung
perekonomian masyarakat Indonesia bukan menjatuhkan masyarakatnya. Semua faktor
ini apabila berjalan dengan baik maka akan memberikan dampak positif terhadap
kestabilan nilai kurs di Indonesia pada khususnya dan mensejahterakan
masyarakat Indonesia pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/152/3.%20Triyono%20(Analisis%\20Perubahan%20Kurs%20Rupiah).pdf?sequence=1 (Jurnal
Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 156 – 167)
LAMPIRAN
KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA MATA UANG RUPIAH
TERHADAP MATA UANG USD 1-4 OKTOBER 2013
|
Nilai
|
Kurs Jual
|
Kurs Beli
|
Tanggal
|
1.00
|
11614.00
|
11498.00
|
4 Oct 2013
|
1.00
|
11593.00
|
11477.00
|
3 Oct 2013
|
1.00
|
11626.00
|
11510.00
|
2 Oct 2013
|
1.00
|
11651.00
|
11535.00
|
1 Oct 2013
|