Minggu, 11 November 2012
Evaluasi alternatif sebelum pembelian
Konsumen
sebelum melakukan pembelian, biasanya melakukan beberapa evaluasi kecil yang
tidak sadar dilakukan. Misalkan pada bulan mei konsumen membeli pasta gigi
merek “OPQ” lalu pada bulan juni konsumen membeli pasti gigi yang bermerk “RST”
karena pada bulan tersebut produk “RST” sedang melakukan promosi. Pada bulan
juli konsumen akan sedikit melakukan evaluasi saat akan mengambil produk pasta
gigi. Sebelum mengambil barang yang akan dibeli, konsumen tersebut
mengingat-ingat tentang pengalamannya menggunakan kedua pasta gigi. Jika ternyata
konsumen setelah melakukan evaluasi sendiri mengambil pasta gigi yang bermerk “OPQ”
maka konsumen tersebut telah mengambil keputusan sebelum membeli. Ini yang
biasanya dianalisis oleh para manajer perusahaan untuk membaca perilaku
konsumen dari segi evaluasi alternative sebelum pembelian.
Beberapa
pengertian evaluasi menurut :
1. 1. MEHRENS & LELMAN, 1978 : Evaluasi adalah
suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang
sangat diperlukan untuk membuat alternatif - alternatif keputusan.
2. 2. I KETUT GEDE YUDANTARA : Evaluasi merupakan
kelanjutan dari suatu rencana kerja yang peranannya sangat dibutuhkan karena
evaluasi merupakan latihan yang memperkaya logika dan analisa.
Ditarik kesimpulan bahwa evaluasi merupakan lanjutan
kegiatan proses dalam melakukan tindakan setelah melakukan tindakan sebelumnya.
Konsumen dalam melakukan evaluasi akan melakukan evaluasi alternative. Misalnya
dalam supermarket konsumen hanya menemukan pasta gigi selain “OPQ”, maka
konsumen yang telah memiliki evaluasi alternative akan mengambil pasta gigi
yang bermerk “RST” yang pada dasarnya karena telah pernah mencoba prosuk
tersebut. Manajer harus bisa menaksir alternative pilihan konsumen berdasarkan
produk yang dipasarkan dan kebiasaan konsumen dalam membeli produk. Setelahnya jika
sudah mendapatkan taksirannya maka melakukan tindakan penyeleksian terhadap alternative
pembelian dalam pengambilan keputusan.
Sumber : CARAPEDIA
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Salah
satu faktor keputusan konsumen dalam pembelian dan memilih konsumsunya adalah
pengaruh kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang ada pada setiap diri
masyarakat yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus. Kebudayaan khususnya
di Indonesia ada banyak sekali, pertama dipengaruhi oleh masing-masing daerah,
kedua dipengaruhi oleh pola pikir.
Dalam option yang pertama, kebudayaan yang
dipengaruhi oleh masing-masing daerah merupakan kebudayaan yang berdasarkan
sikap dan perilaku masyarakat yang berada disekelilingnya. Sebagai contoh
kebiasaan orang tua untuk membeli sabun mandi bermerek “XYZ”, sejak kecil sang
anak telah mengenal saat ia mandi menggunakan sabun mandi merek “XYZ” sehingga
saat sudah dewasa, jika porduk tersebut masih ada dipasaran maka akan membeli
sabun yang bermerek sama. Besar kemungkinan karena dipengaruhi oleh kebiasaan
keluarganya menggunakan sabun “XYZ” yang menimbulkan efek kenyamanan terhadap
produk tersebut.
Untuk option yang dipengaruhi oleh pola pikir adalah jika
orang tersebut keluar dari lingkungan, maksudnya menemukan hal lain selain
kebiasaan yang dilakukan. Ini biasanya terjadi pada masyarakat yang mengalami
perpindahan dari kota asal. Saat orang tadi menggunakan sabun merek “XYZ” lalu
pindah ke luar kota dan mendapatkan sabun dengan merek “ABC” dengan harga dan
kualitas yang sama maka orang tersbut bisa saja berpindah jenis sabun. Keadaan ini
bisa saja terjadi saat sabun merek “ABC” tidak didapatkan pada daerah yang
bersangkutan, sehingga yang lebih dikenal oleh masyarakat adalah sabun bermerk “XYZ”.
Pada era global seperti saat ini, pengaruh-pengaruh mudah sekali masuk kedalam
kebudayaan masyarakat.
Faktor komunikasi yang lebih cepat yang menjadikan
pengaruh-pengaruh kebudayaan turut serta terhadap pembelian dan konsumsi
konsumen. Jelas, pengaruh kebudayaan bisa ditelaah untuk menganalisis perilaku
konsumen. Manajer perusahaan menjadikan ini sebagai peluang dalam mengembangkan
strategi. Apalagi di Indonesia pengaruh kebudayaan masih sangat kuat.
ALAY VS PEMASARAN
Semakin gencar
tulisan-tulisan alay di Indonesia. Sebenarnya apa dasar dari kata alay yang
dimaksud. Kata alay merupakan singkatan dari anak layangan, yang berarti anak
kampungan alias berlebihan dan norak tidak sesuai tempat. Namun sebenarnya,
alay merupakan penulisan sebuah kata dengan symbol yang tidak semestinya atau
tidak pada tempatnya dengan disertai penulisan berdasarkan kecap pada mulut
atau suara yang diucapkan.
Bagi beberapa orang, alay adalah hal yang
menggelikan, menggelikan karena aneh untuk diucapkan. Ada lagi beberapa orang
menyatakan tulisan alay menyebalkan karena susah untuk dibaca. Ada beberapa
orang lagi yang mengatakan lucu karena untuk seru-seruan semata. Alay dipopulerkan
oleh para remaja yang biasanya sedang mengalami pubertas. Dimana emosi untuk
rasa mencoba begitu menggebu-gebu atau labil, mencoba disini berexperimen
terhadap bentuk penulisan yang tidak baku.
Para menejer pemasaran melihat
fenomena ini sebagai kesempatan yang unik untuk dijadikan peluang pemasaran. Saat
ada beberapa orang tidak mengindahkan bahasa alay dan beberapa orang lagi
menyukainya, menejer pemasaran mengambil tindakan dalam celah sempit tersebut. Iklan
merupakan salah satu alat pemasaran yang digunakan untuk memasarkan produk.
Dengan
iklan masyarakat lebih mudah menangkap isi maksud dan tujuan iklan produk
tersebut. Rata-rata orang Indonesia melihat telivisi setiap harinya atau
melewati jalanan dalam iklan berbentuk baliho. Sebagai contoh, manajer
pemasaran salah satu provider membuat iklan dengan bahasa “ciyus miapah” (read
: serius demi apa). Iklan ini diminati banyak orang, sehingga pada saat
penjualan produk masyarakat sudah mengenali produk tersebut. Kesuksesan penjualan
dipengaruhi juga oleh departemen pemasaran. Oleh karenanya orang pemasaran
haruslah jago membaca peluang pasar. Dapat ditarik kesimpulan bahwa apapun yang
terjadi pada era globalisasi yang selalu dikejar waktu ini harus bisa
dikondisikan dengan baik. Artinya, harus bisa mengembangkan kreativitas,
menggali diri dan yang terpenting go ahead! “ciyus????miapah?” | “mie ayam juga
enak” XD hahahah
Kamis, 01 November 2012
PERILAKU KONSUMEN WANITA TERHADAP PRODUK MUTIARA
Kaum
wanita memiliki perasaan yang lebih peka dibandingkan dengan pihak pria. Ini yang
menjadikan wanita lebih menyukai keindahan dan kelembutan. Dalam memasarkan
produk mutiara air tawar yang saya lakukan dengan teman-teman dikampus,
hasilnya cukup menarik. Banyak wanita yang tertarik dengan gelang, cincin,
kalung dan bros yang dihiasi dengan mutiara air tawar dari NTB (Nusa Tenggara
Timur).
Ini bisa menjadi sasaran yang baik untuk memasarkan produk. Salah satu
perilaku konsumen wanita mengaku bahwa ia sangat menyukai pernak-pernik gelang
yang bisa ia gunakan untuk pergi ke acara formal maupun hanya bermain dengan
teman. Menjadi daya tarik untuk dianalisis bahwa membeli produk bukan hanya
sekedar untuk pelengkap gaya, namun sebagai kebutuhan dalam bergaya. Ini salah
satu tangkapan hasil analisis yang sangat sederhana. Jika riset ini dilakukan
dengan lebih formal, maka penjualan produk pun lebih mudah untuk tepat sasaran.
Wanita juga memiliki tingkat emosional tinggi dalam pembelian sebuah produk. Ini
ada kaitannya dengan perilaku konsumen juga, diamana bisa dimanfaatkan untuk
mengambil peluang. Wanita dalam memilih produk sebagian besar dilakukan untuk
memenuhi kepuasaan bathinnya. Tidak melihat seberapa besar kegunaan dan
seberapa pentingnya. Menurutnya sangat penting untuk ‘kebutuhan’ melengkapi
penampilan. Semoga kedepannya bisa dilakukan riset yang bisa mendapatkan hasil
yang dapat diproses lebih lanjut.
Langganan:
Postingan (Atom)